Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah
Dalam urusan politik, Islam telah
mensyari’atkan aturan yang paling sempurna dan adil. Islam mengajari umatnya
segala yang seharusnya dilakuan dalam berintraksi (muamalah) dengan sesama
Muslim atau dengan yang lainnya. Dalam peraturannya, Islam menggabungkan antara
rahmah (kasih sayang) dengan kekuatan, menggabungkan antara sikap lemah lembut
dengan kasih sayang terhadap semua makhluk sesuai kemampuan. Jika dengan lembut
dan kasih sayang tidak bisa, maka kekuatan yang dipergunakan, namun dengan
penuh hikmah dan keadilan, bukan dengan kezhaliman dan kekerasan, Allâh Azza wa
Jalla berfirman :
إِنَّ
اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ
وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾ وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا
تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ
:Sesungguhnya Allâh menyuruh (kamu)
berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allâh
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Dan tepatilah
perjanjian dengan Allâh apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan
Allâh sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). [an-Nahl/16:90-91]
Allâh Azza wa Jalla memerintahkan
agar berlaku adil, menyayangi dan berbuat baik kepada setiap orang. Disamping
itu, Allâh Azza wa Jalla juga melarang perbuatan keji serta semua tindak
kezhaliman, baik yang berkaitan dengan nyawa, harta, kehormatan dan hak-hak
kemanusiaan.
Allâh Azza wa Jalla menyuruhkan umat
manusia agar menepati janji dan melarang semua tindakan yang melanggar
penjanjian.
Semua perkara yang diperintahkan
maupun yang dilarang, diantaranya ada yang wajib dilaksanakan oleh kaum
Muslimin, tanpa ada pilihan lain. Yaitu perkara-perkara yang langsung
disebutkan dan dijelaskan oleh Allâh Azza wa Jalla. Perkara-perkara ini masuk
dalam firman Allâh Azza wa Jalla :
وَمَا
كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ
يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا
Dan tidaklah patut bagi laki-laki
yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allâh dan
Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang
lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya
maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata [al-Ahzâb/33:36]
Juga firman-Nya :
فَلَا
وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ
لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Rabbmu, mereka (pada
hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim terhadap
perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati
mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. [an-Nisâ/4:65]
ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ
فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allâh (al-Qur’ân) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh dan hari
kemudian. [an-Nisâ/4:59]
وَمَا
اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ
Tentang sesuatu apapun yang kamu
perselisihkan, maka putusannya (terserah) kepada Allâh [asy-Syûra/42:10]
Semua jenis perkara di atas telah
dikaji dan alhamdulillah semuanya sesuai dengan perinsip keadilan dan hikmah
serta selaras dengan kemaslahatan dan mampu menangkal mudharat.
PERKARA YANG BELUM JELAS
Disamping perkara-perkara yang telah disebutkan dengan jelas dan gamblang,
adapula perkara-perkara yang belum jelas. Dalam perkara-perkara yang masih
belum jelas, baik dasar maupun cara penerapannya, maka kaum Muslimin
diperintahkan untuk bermusyawarah dan menimbangnya dari semua sisi;
Memperhatikan syarat serta kaidah-kaidahnya juga akibatnya. Allâh Azza wa Jalla
berfirman:
وَشَاوِرْهُمْ
فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
Dan bermusyawaratlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allâh. [Ali Imrân/3:159]
وَأَمْرُهُمْ
شُورَىٰ بَيْنَهُمْ
Sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarah diantara mereka [asy-Syûra/42:38]
Dalam permasalahan-permasalahan
seperti ini, syari’at memberikan keleluasaan, setelah meletakkan kaidah-kaidah
yang cocok untuk setiap waktu dan tempat, meskipun keadaan manusia telah berubah
dan berkembang. Semua kaidah syari’at tersebut bila diterapkan dengan baik dan
benar, dalam masalah besar maupun kecil, maka akan mendatangkan kebaikan dan
menangkal keburukan. Namun, pengkajian dan penerapan kaidah-kaidah tersebut
memerlukan majelis atau lembaga yang diisi para Ulama yang memiliki kompetensi
dan kafabelitas sebagai Ulama. Anggota lembaga ini membahas semua permasalahan,
satu persatu. Pembahasannya mencakup semua sisi, memberikan diskripsi tentang
suatu pemasalahan sebagaimana mestinya, memperkirakan segala hal yang
berhubungan dengannya, serta memperhatikan maslahat yang ingin diraih dan
metode termudah untuk mencapainya.
Lembaga itu juga membahas
perkara-perkara yang berpotensi menimbulkan mudarat yang harus ditangkal.
Pembahasannya meliputi penyebab dan sumbernya, mencari metode untuk
menghilangkan mudharat, kemudian menghilangkannya secara keseluruhan atau
meminimalisir pengaruh negatifnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
فَاتَّقُوا
اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
Maka bertakwalah kamu kepada Allâh
menurut kesanggupanmu [at-Thagâbun/64:16]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِذَا
أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
Dan apabila aku perintahkan kepada
kalian sebuah perkara, maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian
KAIDAH POKOK YANG AGUNG
Diantara ushûl syari’ah (kaidah pokok syari’at) adalah kaum Muslimin
diperintahkan untuk melaksanakan agama mereka, menunaikan hak-hak Allâh Azza wa
Jalla dan menunaikan hak para hamba; Kaum Muslimin juga diperintahkan
menyatukan suara dengan melakukan segala yang bisa menimbulkan rasa saling
cinta dan bisa menghilangkan rasa iri dengki dan dendam. Allâh Azza wa Jalla
berfirman:
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya
bersaudara, oleh sebab itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua
saudaramu itu [al-Hujurât/49:10]
وَاعْتَصِمُوا
بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ
عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ
بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
Berpegang teguh kamu dengan tali
(agama) Allah dan janganlah kalian berpecah belah. Ingatlah akan nikmat Allâh
kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, lalu Allâh
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allâh, orang-orang
yang bersaudara [Ali Imrân/3:103]
Juga firman-Nya.
فَاتَّقُوا
اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ
كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Oleh sebab itu bertakwalah kepada
Allâh dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allâh dan
Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” [al-Anfâl/8:1]
Juga firman-Nya.
وَلَا
تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ
Dan janganlah kamu menyerupai
orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang
jelas kepada mereka. [Ali Imrân/3:105]
Dan masih banyak lagi nash-nash
lainnya yang mengisyaratkan pokok yang agung ini. Dengan kaidah poko ini,
kondisi kaum Muslimin akan stabil dan bisa terus meningkat kearah yang lebih
baik dan sempurna. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَأَطِيعُوا
اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ
وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿٤٦﴾ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ
خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ
اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Dan taatlah kepada Allâh dan
Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah! Sesungguhnya Allâh beserta
orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang
keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada
manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allâh. Dan (ilmu) Allâh meliputi
apa yang mereka kerjakan. [al-Anfâl/8:46-47]
Dalam ayat diatas Allâh
memerintahkan untuk taat kepada-Nya dan Rasul-Nya dan Allâh melarang adanya
perselisihan yang akan menyebabkan tercerai berainya hati serta memantik
permusuhan yang mengakibatkan melemahnya kekuatan. Dalam ayat diatas Allâh juga
memerintahkan untuk memperbanyak dzikir dan bersabar, karena kedua hal tersebut
sangat membantu dalam segala urusan .
Allâh juga memerintahkan untuk
selalu ikhlas dan jujur, dan melarang kebalikannya, seperti riyâ, sum’ah,
sombong, ujub, berkeinginan buruk serta berusaha menyesatkan manusia.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَأَعِدُّوا
لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ
عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
Dan siapkanlah untuk menghadapi
mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat
untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allâh dan
musuhmu [al-Anfâl/8:60]
Dalam ayat di atas Allâh Azza wa
Jalla memerintahkan untuk mempersiapkan kekuatan semampunya. Kekuatan di sini
mencakup kekuatan ide, politik, produksi dan persenjataan serta semua yang bisa
memperkuat diri dalam menghadapi musuh dan bisa membuat mereka gentar.
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ
Hai orang-orang yang beriman,
bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok,
atau majulah bersama-sama! [an-Nisâ/4:71]
Maka lihatlah bagaimana
ajaran-ajaran syariat ini menjadi sebab tunggal dan jalan yang paling efektif
dalam menjalankan politi dalam dan luar negeri. Ketahuilah! Sesungguhnya
kesempurnaan dan kebaikan ada pada segala tindakan yang mengikuti petunjuk
syari’at. Sebaliknya, semua kekurangan yang sudah terjadi atau yang
dikhawatirkan itu ditimbulkan oleh kelalaian dan sikap acuh terhadap syari’at.
ISLAM MENGAJARKAN PROFESIONALISME
Termasuk dalam siyâsah syar’iyah (politik syari’at) yaitu Allâh Azza wa Jalla
menuntun para hamba-Nya untuk berusaha merealisasikan maslahat umum dengan cara
membagi permasalahan tersebut dan menyerahkannya kepada yang berkompeten, orang
yang mengerti seluk beluk inti permasalahan dan tahu solusi dari permasalahan
yang diembankan kepadanya. Allâh berfirman:
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ
Dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang munkar [Ali Imrân/3:104]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:
وَمَا
كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ
فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا
قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu
pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [at-Taubah/9:122]
Dan tidak diragukan lagi, metode
untuk merealisasikan kemaslahatan umum seperti ini merupakan satu-satunya
metode dalam mencapai kesempurnaan agama dan dunia.
DAKWAHKANLAJ ISLAM!
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
ادْعُ
إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ
وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
Serulah (manusia) kepada jalan
Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. [an-Nahl/16:125]
Ayat di atas mencakup seruan dakwah
yang ditujukan kepada kaum Muslimin yang melakukan kesalahan dalam sebagian
ajaran agama, juga mencakup juga dakwah kepada orang-orang kafir. Golongan
pertama diajak untuk memperbaiki agama mereka, sedangkan golongan kedua diajak
untuk masuk Islam yang menjadi sumber kebaikan manusia.
Dakwah ini dilakukan dengan metode
hikmah, maksudnya menggunakan cara dan sarana yang paling tepat dan mudah untuk
mendatangkan kebaikan atau menghilangkan keburukan atau minimal menguranginya.
Metode disesuaikan dengan waktu dan tempat serta kondisi obyek dakwah dengan
tanpa melanggar aturan syari’ah.
Dakwah juga dilakukan dengan
mau’izhah hasanah (wejangan yang baik). Maksudnya adalah dengan menjelaskan dan
menerangkan hal-hal yang bisa memberi manfaat dan yang mendatangkan mudarat,
seraya mengingatkan buah yang akan diraihnya di dunia dan akhirat jika
menjalankan ajaran-ajaran agama yang penuh manfaat itu. Juga dibarengi dengan
penjelasan tentang berbagai keburukan yang mengiringi setiap yang dinyatakan
berbahaya oleh agama.
Allâh menyebutnya mau’izah hasanah
karena isi dan metodenya hasanah (baik). Dakwan dilakukan dengan cara lemah
lembut, sabar dan santun. Kalaupun kondisi menuntut adanya perdebatan dengan
orang yang menentang, maka hendaknya dilakukan dengan cara yang baik. Para
penentang diajak agar menerima kebenaran; Diajak agar mengerti buah yang akan
dipetiknya jika mengikuti kebenaran dan mengerti dampak negatif dari sesuatu
yang terlarang; Penentang diberi penjelasan dan bantahan secukupnya terhadap
syubhat-syubhat yang dibawakannya. Semua ini dilakukan dengan perkataan yang
lembut, dan penuh adab, tidak dengan kasar, keras, saling mencerca dan mencela,
karena mudharat yang akan timbul dari metode yang salah sangatlah besar.
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ
لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ
وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari
Allâh-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh Azza wa
Jalla mencintai orang-orang yang bertawakkal (kepada-Nya) [Ali Imrân/3:159]
Tags
ISLAM POLITIK