Hadits Tentang Iman & Ibadah

10 Hadits Tentang Iman dan Ibadah


Di dalam kitab Lubbabul Hadis bab kelima , imam As-Suyuthi (w. 911) menuliskan sepuluh hadis tentang fadhilah atau keutamaan iman yang perlu kita perhatikan sebagaimana berikut.

 

Hadis Pertama:

 

قال النبي صلى الله عليه وسلم: {الإيمانُ مَعْرِفَةٌ بالقَلْبِ، وَقَوْلٌ بِاللِّسَانِ، وعَمَلٌ بالأَرْكَانِ}.

 

Nabi saw. bersabda, “Iman adalah mengetahui dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan .”  Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ibnu Majah dan imam At-Thabrani dari sahabat Ali bin Abi Thalib dengan sanad yang dhaif.

 

Hadis Kedua:

 

وقال صلى الله عليه وسلم: {الإيمانُ عُرْيَانٌ وَلِبَاسُهُ التَّقْوَى، وَزِينَتُهُ الحَيَاءُ، وثَمَرَتُه العِلْمُ}.

 

Nabi saw. bersabda, “Iman itu telanjang (yakni bebas dari dosa-dosa), pakaiannya adalah taqwa, perhiasannya adalah malu, dan buahnya adalah ilmu (yang diamalkan).” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Al-Hakim dalam Tarikh Naisabur dari Abu Darda’ dengan sanad yang dhaif.

 

Hadis Ketiga:

 

وقال صلى الله عليه وسلم: {لا إيمانَ لِمَنْ لا أمَانَةَ لَهُ}.

 

Nabi saw. bersabda, “Tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki amanah pada dirinya.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ibnu Hibban dan imam Ahmad bin Hanbal dari shahabat Anas bin Malik dengan sanad yang hasan. Imam Nawawi Al-Bantani di dalam kitab Tanqihul Qaul Al-Hatsits menjelaskan bahwa maksud tidak ada iman adalah tidak sempurna iman seseorang yang tidak mampu menjaga diri dan hartanya yang telah diamanatkan oleh Allah swt. kepadanya.

 

Hadis Keempat:

 

وقال صلى الله عليه وسلم: {لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ}.

 

Nabi saw. bersabda, “Salah satu dari kalian tidak beriman sampai ia mencintai sudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Ahmad, imam Al-Bukhari, imam Muslim, imam At-Tirmidzi, imam An-Nasa’i, dan imam Ibnu Majah dari shahabat Anas bin Malik dengan sanad yang shahih. Imam Nawawi di dalam Syarah Al-Arba’in sebagaimana dikutip oleh imam Nawawi Al-Bantani dalam kitab Tanqihul Qaul menjelaskan bahwa saudara di dalam konteks hadis tersebut adalah bersifat umum, baik mencakup orang non muslim maupun muslim. Sehingga hadis tersebut diartikan bahwa (sempurnanya iman seseorang) ketika ia mencintai saudaranya yang non muslim sama seperti ia mencintai dirinya sendiri (dengan mendoakan) agar ia masuk Islam sama seperti cintanya kepada sesama saudara muslimnya (dengan mendoakan agar ia) istiqamah dalam keislamannya. Dengan demikian mendoakan seorang non muslim agar mendapat hidayah adalah disunnahkan.

 

Hadis Kelima:

 

وقال صلى الله عليه وسلم: {الإيمانُ في صَدْرِ المُؤْمِنِ، ولا يَتِمُّ الإيمانُ إلاَّ بِتَمَامِ الفَرَائِض وَالسُّنَنِ، وَلاَ يَفْسُدُ الإيمانُ إلاَّ بِجُحُودِ الفَرَائِضِ وَالسُّنَنِ، فَمَنْ نَقَصَ فَرِيضَةً بِغَيْرِ جُحُودٍ عُوقِبَ عَلَيْها، وَمَنْ أتَمَّ الفَرَائِضَ وَجَبَتْ لَهُ الجَنَّةُ}.

 

Nabi saw. bersabda, “Iman itu di dalam dada seorang mukmin, tidaklah sempurna iman kecuali dengan kesempurnaan fardhu-fardhu dan sunnah-sunnahnya, tidaklah rusak iman kecuali dengan ingkarnya terhadap hal-hal yang difardhukan dan disunnahkan. Siapa yang berkurang fardhunya dengan tanpa pengingkaran, maka ia disiksa atasnya, dan siapa yang sempurna fardhu-fardhunya maka surga wajib baginya.” Imam Nawawi Al-Bantani menjelaskan bahwa orang yang meninggalkan hal-hal yang telah difardhukan dengan disertai pengingakaran atas kefardhuannya, maka dia telah kafir. Dan orang yang telah mengerjakan dan menyempurnakan hal-hal kefardhuan ditambah dengan kesunnahan-kesunnahan maka ia pun akan mendapatkan derajat yang lebih di surga. Hanya saja, Imam Nawawi tidak memberikan keterangan hadis tersebut berada di kitab apa dan siapa periwayatnya seperti penjelasannya terhadap hadis-hadis lainnya. Penulis pun belum menemukan letak dan periwayat hadis tersebut selain di kitab Lubabul Hadis karya imam As-Suyuthi ini. Wa Allahu a’lam.

 

Hadis Keenam:

 

وقال صلى الله عليه وسلم: {الإيمانُ لا يَزِيدُ وَلا يَنْقُصُ وَلِكنْ لَهُ حَدٌّ، أي تعريف بذكر أفراد فروع الإيمان، فإنْ نَقَصَ فَفِيْ حَدِّه. وَأَصْلُهُ شَهَادَةُ أنْ لا اله إلاَّ الله وَحْدُهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأنَّ مُحَمَّدا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وإقَامُ الصَّلاةِ، وإيتَاءُ الزَّكَاةِ، وَصَوْمُ رَمَضَانَ، والحَجُّ، وَغَسْلُ الجَنَابَةِ، فَمَنْ زَاد في حَدِّهِ زَادَتْ حَسَنَاتُهُ، وَمَنْ نَقَصَ فِيهِ فَفِيه}.

 

Nabi saw. bersabda, “Iman itu tidak bertambah dan tidak berkuang tetapi ia memiliki batas. Yakni bisa diketahui dengan menyebutkan masing-masing dari cabang-cabangnya iman. Jika ia berkurang maka itulah batasnya (artinya yang berkurang adalah batas imannya, bukan iman itu sendiri), dan pokoknya iman adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah tidak ada sekutu bagiNya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, haji, mandi janabat, dan siapa yang bertambah dalam batas iman, maka bertambahlah kebaikan-kebaikannya dan siapa yang berkurang imannya maka berkurang pula kebaikan-kebaikannya.” Imam Nawawi di dalam kitab Tanqihul Qaul (begitu pula dengan penulis) tidak menemukan hadis ini berada di kitab mana dan diriwayatkan oleh siapa. Hanya saja beliau menampilkan hadis-hadis shahih terkait dengan cabang-cabang iman. Beliau juga menjelaskan bahwa para ulama telah bersepakat tentang iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang. Iman bertambah dengan ketaatan-ketaatan yang kita lakukan dan iman bisa berkurang disebabkan karena kemaksiatan-kemaksiatan.

 

Hadis Ketujuh:

 

وقال صلى الله عليه وسلم: {الإيمانُ نِصْفَانِ، فَنِصْفٌ في الصَّبْرِ، وَنِصفٌ في الشُّكْرِ}.

 

Nabi saw. bersabda, “Iman itu ada dua, setengahnya di dalam kesabaran, dan setengahnya lagi di dalam kesyukuran.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Al-Baihaqi dari shahabat Anas bin Malik. Imam Nawawi menjelaskan bahwa maksud dari iman setengahnya berada di dalam kesabaran adalah sabar dari hal-hal yang diharamkan untuk dapat ditinggalkan dan tidak dilakukan. Sementara itu, maksud dari iman setengahnya berada di dalam rasa syukur adalah bersyukur dapat melakukan ketaatan-ketaatan.

 

Hadis Kedelapan:

 

وقال صلى الله عليه وسلم: {الإيمانُ قَيْدُ الفَتْكِ لا يَفْتِكُ مُؤْمِنٌ}.

 

Nabi saw. bersabda, “Iman itu batas pembunuhan, seorang mukmin tidak akan membunuh.” Hadis ini diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari, imam Abu Daud, dan Imam Al-Hakim dari shahabat Abu Hurairah dengan sanad yang shahih, dan diriwayatkan pula oleh imam Ahmad dari Zubair bin Awwam dan dari Muawiyah. Imam Nawawi menjelaskan bahwa keimanan itu dapat mencegah dari adanya pembunuhan setelah adanya keamanan. Di mana orang yang sempurna imannya tidak akan melakukan tindakan anarkis pembunuhan.

 

Hadis Kesembilan:

 

وقال صلى الله عليه وسلم: {خَلَقَ الله الإيمَانَ وَحَفَّهُ وَمَدَحَهُ بالسَّمَاحَةِ وَالحَيَاءِ، وَخَلَقَ الله الكُفْرَ وَذَمَّهُ بالبُخْلِ وَالجَفَاءِ}.

 

Nabi saw. bersabda, “Allah telah menciptakan iman. Dia (pun) telah menghiasi dan memujinya dengan toleransi dan rasa malu. Allah menciptakan kekufuran. Di (pun) menghinakannya dengan rasa pelit dan antipati. ” Imam Nawawi di dalam kitab Tanqihul Qaul (begitu pula dengan penulis) tidak menemukan hadis ini berada di kitab mana dan diriwayatkan oleh siapa.

 

Hadis Kesepuluh:

 

وقال صلى الله عليه وسلم: {إذَا دَخَلَ أهْلُ الجَنَّةِ الجَنَّةَ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ، أمَرَ الله تَعَالَى بأنْ يَخْرُجَ مِنَ النارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنَ الإيْمَانِ}

 

Nabi saw. bersabda, “Jika penduduk surga masuk surga, dan penduduk neraka masuk neraka, Allah memerintahkan untuk mengeluarkan dari neraka siapa saja yang di dalamnya terdapat iman seberat biji sawi.” Imam Nawawi di dalam kitab Tanqihul Qaul (begitu pula dengan penulis) tidak menemukan hadis ini berada di kitab mana dan diriwayatkan oleh siapa. Hanya saja imam Nawawi menyebutkan potongan hadis shahih dari imam Al-Bukhari yang semakna dengan hadis tersebut sebagai berikut.

 

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ يَقُولُ اللَّهُ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيَخْرُجُونَ….

 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a., bahwasannya Nabi saw. bersabda, “Jika penduduk surga masuk surga, dan penduduk neraka masuk neraka, Allah berfirman (kepada malaikat), “Siapa yang di dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi, maka keluarkanlah ia.” Lalu mereka (malaikat) pun mengeluarkannya ….”

 

Adapun keterkaitan hadis tentang iman dan ibadah dalam fenomena kehidupan sebagai berikut :

1.      Iman dan ibadah mempunyai kaitan yang sangat erat karena iman menjadi salah satu syarat diterimanya ibadah. Sebaliknya, ibadah yang dilakukan tanpa iman akan sia-sia.

2.      Orang yang mengaku dirinya beriman harus dapat mmembuktikannya melalui perbuatan yang bernilai ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

3.      Iman tanpa dibuktikan dengan perbuatan nyata berarti kedustaan.

4.      Selain iman, amal ibadah harus diniati dengan ikhlas kepada Allah swt. Ibadah yang dilakukan untuk selain Allah swt, berarti syirik.

5.      Menduakan niat dalam beribadah/beramal karena Allah dan yang lain tidak akan diterima Allah swt.

 

Demikianlah sepuluh hadis yang telah dijelaskan oleh imam As-Suyuthi tentang keutamaan iman di dalam kitabnya yang berjudul Lubbabul Hadits. Di mana di dalam kitab tersebut, beliau menjelaskan empat puluh bab dan setiap bab beliau menuliskan sepuluh hadis dengan tidak menyantumkan sanad untuk meringkas dan mempermudah orang yang mempelajarinya. Meskipun begitu, di dalam pendahuluan kitab tersebut, imam As-Suyuthi menerangkan bahwa hadis nabi, atsar, maupun riwayat yang beliau sampaikan adalah dengan sanad yang shahih (meskipun menurut imam An-Nawawi di dalam kitab Tanqihul Qaul Al-Hatsits ketika mensyarah kitab ini mengatakan ada hadis dhaif di dalamnya, hanya saja masih bisa dijadikan pegangan untuk fadhailul a’mal dan tidak perlu diabaikan sebagaimana kesepakatan ulama). Wa Allahu A’lam bis Shawab

Post a Comment

Budayakan Komentar Santun, Budayakan Rasa Terima Kasih

Previous Post Next Post